Selamat Datang di Blog Nur Hidayatur Rohmah

Minggu, 12 Oktober 2014

DEMOKRASI di INDONESIA

Demokrasi di Indonesia
by : NUR HIDAYATUR ROHMAH
D97214093
Sistem demokrasi yang diterapkan di Indonesia masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki. Bagaimana tidak, sistem demokrasi di Indonesia yang bisa kita lihat sekarang masih banyak hal-hal yang menyimpang seperti dalam pemilihan pilpres.
 Pemilihan pilpres kemarin antara Bapak Prabowo Sugianto-Bapak Hatta Rajasa dengan Bapak Joko Widodo-Bapak Yusuf Kalla masih ada para tim sukses yang mensukseskan calon presidennya dengan cara yang licik. Para tim sukses membagi-bagi dana pemilihan presiden agar calon presidennya menang sehingga menjadi presiden dan wakil presiden di Indonesia pada periode 2014 sampai lima tahun kedepan. Biasanya para tim sukses setiap daerah membagi uangnya ke setiap penduduk warga masyarakat yang mempunyai hak untuk  memilih calon pilpres tersebut. Nominal yang di berikan bervariasi ada yang Rp 20.000, Rp 50.000, Rp 100.000 bahkan lebih. Uang tersebut seakan akan adalah sebagai upah balas jasa karena seseorang telah memilih calon pilpres yang di sukseskannya.
Mau dibawa kemana negara kita ??
Dalam pemilihan pilpres saja hak pilih saja  bisa dibeli dengan uang, tanpa memperhatikan siapa calon presiden yang kita pilih dari segi bagaimana program kerja yang akan direncanakan untuk membangun negeri ini untuk lima tahun kedepan.\
 Sungguh malang nasib bangsa Indonesia ini, hanya karena iming-iming uang saja kita dapat salah pilih calon pemimpin negara kita. Untuk para tim sukses , boleh lah kita memajukan calon presiden kita tapi asal jangan dengan jalan yang licik . Kita sebagai warga Indonesia sebaiknya dapat berfikir kritis, hak pilih kita dalam memilih calon presiden di sesuaikan dengan sipakah yang sekiranya dapat memajukan negeri  ini bukan dengan siapa yang memberi saya uang ya saya pilih.  Saya yakin, jika warga Indonesia sadar maka Indonesia semakin maju karena pemimpin nya berwawasan tinggi dan dapat mensejahterakan rakyat-rakyatnya.
Semoga apa yang di cita-citakan bangsa Indonesia ini  bisa terwujud melalui pemimpin yang jujur.
Amin. 



Kamis, 02 Oktober 2014

UNEG-UNEG KU

UNEG-UNEG KU
NUR HIDAYATUR ROHMAH
D97214093
Assalamu’alaikum Wr.Wb

Rasa rinduku yang mendalam, mulai membara, pada akhir  minggu-minggu ini. Sudah tiga minggu Aku tidak pulang ke kampung halamanku, di Desa Klangonan tepatnya di kawasan religius sekitar makam Sunan Giri.
Yah, beginilah , nasib Mahasiswa yang jauh dari kampung halaman, jauh dari keluarga !!!
Aku sudah memutuskan untuk hijrah dari desaku menuju kota yang Metropolitan yang besar ini di UIN Sunan Ampel Surabaya. Dengan tekad dan niat yang bulat, demi masa depanku nanti dan juga untuk mengangkat derajat kedua orang tuaku , Aku pun harus semangat belajar J !!!..
Menurut Dosen Pengampu Aqidah Bu Us “Susahnya Mencari Uang!” . Dengan kata itu, Aku dapat termotivasi agar Aku harus tetap fokus dalam belajar. Disana (kampung halaman) orang tuaku sedang membantung tulang , mencari uang untuk biaya kuliah ku. Oleh karena itu, jangan sia-siakan masa perkuliahan ini. Mari kita belajar untuk membuktikan bahwa Kita berusaha terbaik untuk segara cepat LULUS di bangku perkuliahan ini dan segera di Wisuda kemudian melanjutkan ke jenjang perkuliahan yang lebih tinggi lagi.
Sebenarnya Aku tidak tahu kenapa rasa kangen ini begitu muncul dengan tiba-tiba saja pengen cepat pulang. Rasanya waktu itu, kok lama sekali, jika berada di Surabaya sedangkan jika berada di kampung halaman waktu begitu cepat. Hal ini dikarenakan jika di rumah kita bisa melakukan aktivitas apapun dengan My Family. Sehingga, tak terasa waktu begitu cepat. Semua anak Mahasiswa, pasti pengen segera menunggu hari Jumat, seperti Aku ini , karena seusai pelajaran mata kuliah, langsung OTW ke kampung halaman masing-masing.
Sungguh tragis , nasib bangsa Indonesia ini !!!
Tatkala kemarin akhir Aku pulang, pada tanggal 12 September 2014, Aku naik bis jurusan JMP.
Bagaimana tidak tragis ?????
Aku terheran-heran dan kaget, karena yang menjadi kernet bis itu adalah “Anak kecil, kira-kira duduk di bangku SD kelas dua”.
Muncul satu pertanyaan dalam benak pikiranku, Kemanakah orang tuanya ?
Sungguh tega Dia, seharusnya anak tersebut mendapatkan pendidikan yang layak, kok malah bekerja ??...
Begitu polosnya  anak itu :
Anak : “Mbak, mau kemana ?”
Aku : “Ini jurusan P6 ta dek ?”
Anak : “Mbak mau kemana sih?”
Aku : “Ini ke jurusan Sawilangon , berapa dek bayarnya?”
Anak : “Enam ribu mbak.”
Beberapa saat kemudian.
Anak :  “Mbak, ini bukan P6 sih, ini turun di JMP Mbak.”
Aku : “ Oh iya dek, jadi ini bukan P6?”
Anak : “ Bukan Mbak,”
Aku : “Jadi berapa harganya kalau turun di JMP dek?”
Anak : “Lima ribu Mbak.”
Aku : “ Oh ya, kalau begitu kembaliannya kurang seribu dek.”
Anak : “(menghitung-hitung uang dengan kebingungan)”

Gimana ini ???
Dari apa yang Aku ceritakan ini, telah menyalahi pasal 34 ayat 1  “Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar  dipelihara oleh negara”
Anehnya, mengapa pasal ini seolah-olah hanya sebuah peraturan tentang suatu kebijakan tapi kenapa tidak direalisasikan ??
Wahai para penguasa !!!
Kemana titik adilmu!!!
Kasihan seperti anak kernet bis itu. Sejak kecil sudah dituntut untuk bekerja dan bekerja terus!!!
Oleh sebab itu, dari cerita ini Aku mengambil sebuah hikmah yaitu
“Kita sebagai Mahasiswa,”
Yang nasibnya tidak setragis itu,
Mari Kita tingkatkan semangat belajar di perkuliahan ini,
Kenapa tidak ???
Karena, Kita disini hanya belajar dan belajar!!!
 Semua fasilitas mulai dari biaya kuliah, biaya hidup, dan semuanya sudah disediakan oleh orang tua Kita. Jadi, semua pada intinya Kita tinggal minta saja, bukan mencari sendiri.
Oleh sebab itu, “Mari Kita wujudkan mimpi Kita dan mimpi orang tua Kita agar menjadi kenyataaan !”
Karena hanya itu lah yang diharapkan orang tua Kita, agar anaknya “BERHASIL”.
Amin J
Semoga yang Aku tulis ini bermanfaat bagi Kita semua.
Wassalam’alaikum Wr.Wb.